Es Degan Matcha
Hy gess yuk kita bikin yang seger-seger, cocok untuk cuaca yang lagi terik. Atau untuk para penggemar ice. Langsung aja bahan dan cara membuatnya dibawah ini.
Bahan-Bahan :
1. Bahan degan, degannya aku bikin dari jelly ya jadi imitasi bukan asli. Berikut bahannya
- Bubuk jelly degan, aku pake nutrijell 1 bungkus
- Air 400 ml
- Gula ½ gelas yang ukuran 200 ml
- Es batu secukupnya
2. Bahan Air nya atau matcha, gitulah pokokya
- Matca bubuk 1 bungkus, aku pake choclatos
- Susu full cream 240 ml, aku pake frisian flag
- Susu kental manis atau sekarang disebut krimer secukupnya
- Es batu secukupnya
Cara membuat :
1. Degan imitasi
- masukan bubuk jelly, air dan gula ke dalam panci kemudian aduk sampai agak larut
- letakkan panci diatas kompor, pakai api sedang
- aduk terus adonan sampai larut dan mendidih
- hancurkan es batu letakkan dalam baskom
- adonan jelly yang sudah mendidih masukkan kedalam baskom
- aduk jelly di dalam baskom sampai agar-agar terbentuk menggumpal mirip-mirip degan
- jika sudah membentuk degan sisihkan
2. Matcha
- siapkan air panas sebanyak ¾ dari gelas ukuran 200ml
- masukkan bubuk matca kedalam air panas terus aduk sampai larut
3. Es Jelly Matcha
- masukkan matcha yang sudah dilarutkan di air panas ke dalam jelly yang dibaskom diikuti dengan susu dan krimer
- aduk-aduk sampai merata
- cek rasa, apabila kurang manis bisa ditambahkan gula atau krimer, opsional.
- tuang kedalam gelas dan es siap di sruput. Ah mantap tenan pokoke.
Jadi hari ini selepas pulang kerja aku dan adikku mampir ke sebuah pasar malam dekat tempat tinggal kami. Kata adekku mau lewat aja, tapi dengan berbagai pertimbangan kuputuskan mampir dan mencoba naik sebuah wahana permainan.
Tadinya aku enggan mencobanya tapi lagi-lagi karena ada beberapa pertimbangan kuputuskan untuk naik, salah satu pertimbangannya adalah karena aku juga belum pernah menaikinya.
Kalian tau apa wahananya?
Betul, kora-kora. Iya iyaa, aku baru menaiki kora-kora untuk pertama kalinya diumurku yang menuju seperempat abad ini. Tadinya aku amat ragu dan bimbang, tapi pikirku kalo gitu terus kapan aku bisa merasakan sensasinya, takutnya nanti tambah tua tambah nggak berani, mumpung masih mudah dan kesempatan masih ada.
Singkat cerita, naiklah kami dengan percaya diri, dengan langkah kaki yang tak gentar seperti para pemuda ketika melawan penjajah, eh kelebayan deh kalo gitu, canda. Lanjut, kami dipersilakan sama kakak-kakaknya duduk paling depan, mungkin pikir kakaknya 'ah masih pemula adik ini' dan kami manut saja.
Di menit pertama wahana ini masih bisa dinikmati, masih bisa kubayangkan kalo disampingku adalah kamu yang menemani hidupku kelak, canda.
Lalu, dimenit-menit berikutnya banyak hal terjadi. Awalnya aku satu dua kali teriak, kukira dengan teriak bakal bikin aku lega ternyata tidak, tidak sama sekali. Walau banyak yang teriak dan ada juga yang masih stay calm mengabadikan momen.
Sambil berpikir terikanku kusudahi karena tak ada gunanya, sepeti mengaharapkan kamu yang tak ada kepastian, canda lagi. Finally, aku memutuskan untuk istighfar karena pikiran ku semakin melalang buana -membayangkan kalo wahana nya rusak kayak yang di tv-tv atau tiba-tiba jatuh kemudian kami kenapa-kenapa, disamping pikiranku yang kacau tak kalah juga respon tubuhku, kucoba untuk mengenali jenis ketakutan apa yang kualami pasalnya kaki ku gemetar, gemetar yang tak kunjung henti, getarnya lebih hebat daripada respon hatiku ketika ketemu kamu. Kupikir-pikir lagi apa ini jenis ketakutan yang kualami ketika demam panggung, ternyata setelah diidentifikasi bukan, bukan seperti ini takut ketika demam panggung, beda, beda sekali.
Masih diatas kora-kora, pikiranku beralih dan mulai aneh-aneh lagi dengan lontaran pertanyaan yang tak terucap tapi bisa jadi bahan refleksi dan mawas diri di kemudian hari. Dalam hati aku berkata : Apakah ketika kita mati nanti kita akan merasakan sakitnya sakratul maut setakut ini? Apakah ketika kita dialam kubur hanya seorang diri berteman dengan dosa-dosa akan setakut ini? Apakah ketika melewati jembatan sirotul mustaqim akan semenakutkan ini? Apakah ketika perhitungan amal atau dosa akan menakutkan seperti ini?. Sepertinya tidak semenakutkan ini, tapi akan sangat-sangat menakutkan ketika kita tidak ada bekal apa-apa. Sepertinya begitu. Kutanyakan dan kujawab sendiri.
Ternyata jika dikalkulasi pengalaman pertama naik kora-kora ini tidak terlalu buruk, ada hikmah baru yang dimaknai. Klasik nya sama kayak kata-kata motivasi yang beredar "setiap peristiwa adalah sekolah, setiap pengalaman adalah pembelajaran dan bagiku pribadi setiap ketakutan akan membuat lebih dekat dengan Tuhan. Serta yang paling penting dari pengalaman ini, aku diingatkan kembali bahwa yang paling dekat dengan kita adalah kematian.
Oiya satu lagi, setelah turun dari kora-kora aku berbincang-bincang dengan adekku membahas sensasi diatas sana (kora-kora). Ada satu hal yang menarik bagiku tentang apa yang dilakukan adikku ketika diatas, kalian tau apa? Mengucap 2 kalimat syahadat. Iya syahadat.
Mari berpikir, mari memperbaiki diri.
Komentar
Posting Komentar