Telur Iris dan Eksplorasi
Aku mau bagi resep super simple kawan, yuk cus langsung aja !
Bahan-bahan :
Telur 2 butir
Tepung Terigu 3 SdM
Bawang Merah 3 siung
Cabai Merah 3 biji
Minyak Goreng 3 SdM
Penyedap rasa ½ Sdt atau secukupnya
Cara membuat :
1. Iris bawang merah dan cabai
2. Setelah itu masukan irisan bawang dan cabai kedalam mangkuk
3. Pecahkan telur, kemudian campur dengan bawang merah dan cabai. Jangan lupa masukan tepung terigu dan juga penyedap rasa
4. Aduk rata semua bahan (untuk hasil telur yang mengembang aduk agak lama, setelah itu sisihkan
5. Panaskan minyak, setelah panas masukan telur dan teman-temannya.
6. Ketika satu sisi sudah kuning kecoklatan dibalik.
7. Angkat telur, diamkan sekitar 5 menit. Kemudian gulung dan iris tipis-tipis. Setelah itu telur siap disajikan.
Well, sebenarnya hari ini aku nggak masak itu aja ada kangkung tumis sama sambal tempe. Nggak bahas kangkung karena sudah pernah, nggak bahas tempe karena rasanya keasinan. Next time kalo rasanya mumpuni aku tulis hehehe.
Lega, bisa nepatin janji ke mereka setelah 2 bulan wadah bekal nangkring. Kepikiran juga dengan janji itu, karena kalo kata bang Tere di buku tentang kamu sekecil apapun janji, janji itu terhormat. Jadi aku mengadopsi nilai itu untuk mengusahakan melaksanakan apa yang aku ucapkan (ngajak mereka beli wadah bekel terus aku masakin). Tapi aku nggak bakal bahas tentang jalinan perteman atau persahabatan ini lebih dalam, ini hanya gambaran aja kenapa aku masak telur hari ini. Itu artinya spesial, bukan sembarang telur dadar iris.
Kawan, aku mau cerita dikit. Selama ini aku nggak tau udah berapa buku yang tak baca mengenai self improvment (sumpah bukan untuk sombong), setelah tak baca, setelah tak pikir, setelah mencoba untuk dijalani. Mulai dari teknis bikin planner harian sampai planner tahunan, dari yang nggak punya tujuan sampai ada tujuan sampai tujuan nya mulai tidak jelas. Dari yang semangat banget sampai hilang semangat dan parahnya sampai bad mood. Ternyata kawan, emang ya nggak mudah berproses yang berprogress butuh banyak banget printilannya dari tujuan, motivasi, komitmen, konsisten dan lain-lain lah pokoknya. Pernah ya disatu titik mikir dan bilang ke temen kayaknya aku butuh jatuh cinta deh (ke lawan jenis) biar semangat menjalani hari. Setelah dipikir dalam-dalam ternyata kalo jatuh cinta juga nggak bantu-bantu amat malah tambah bikin keruh, ini asumsi ku si.
Eh, btw arah pembicaraanku bukan soal cinta ya. Tapi aku mau bilang ternyata nilai yang berharga dari ilmu adalah aplikasi atau implementasi nya ya sebanyak apapun buku yang dibaca kalo nggak diterapin ya agak percuma (jangan bilang mending nggak baca dan nggak belajar, itu mindset yang keliru ya). Dalam hati pengen langsung berprogress dan tebar kebermanfaatan tanpa proses, tapi mustahil banget. Untuk menciptakan habbit baru aja butuh waktu, kalo dalam buku ustad felix yang judulnya how to master your habbit dibutuhkan setidaknya 21 hari tanpa putus atau jeda untuk habbit baru mulai terbiasa dilakukan. Apalagi mau menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari nya walau cuman 1% (pinjem tag line akun youtube 1%), pasti butuh pengorbanan yang bercucur keringat dan usaha yang ekstra. Kadang sadar si tapi banyak lupa nya, aduh gimana si.
Oiya, kalo kamu minat bahas seputar buku dan belajar bareng bolehlah kita obrolin. Ku tunggu.
(Sumber foto paling atas : google)
Komentar
Posting Komentar