Menakar Harga Diri Sempol

(Sumber foto : Google)

Menakar Harga diri sempol

Jajan bernama sempol ini ternyata berasal dari desa yang bernama sempol di kecamatan Pagak kabupaten Malang, pertama kali aku mengenal jajanan ini ketika masih dibangku kuliah kemungkinan 2 tahun yang lalu. Sempol pertama kali kucoba memiliki rasa yang orisinil, terbuat dari campuran aci, daging ayam dan digoreng dengan baluran telur kocok kemudian dicocol dengan saus. Cukup menggugah selera dan membuat lidah bergoyang. 


Pertama kali, aku mencicipinya yaitu ketika teman-temanku membeli nya, mereka membeli nya pertama kali di depan kampus kita (UM Metro). Lekat sekali ingatanku mengenai rasa dan harga yang dijajakan, ketika itu Rp.1000 untuk satu tusuk, kala itu rasa ayam nya juga terasa dan khas. Lebih tepat nya lebih dominan daripada tepung nya, jika dipersentasekan kemungkinan 55% ayam 45% aci bukan perhitungan yang mutlak tapi sedikit gambarannya seperti itu.

Lambat laun ternyata makanan bernama sempol ini mulai populer dan booming, sehingga jika berkunjung ke kosan teman/rumah teman atau bahkan acara-acara santai diskusi ala mahasiswa, sempol ini dijadikan kudapan utama atau bahkan buah tangan. Jika ia tidak ada kadang juga jadi buah bibir seperti "eh lo kok nggak bawa sempol sih" atau "sempol yang disini enak yang disana kagak enak mending lo beli yang disini "rasanya bla bla bla.

Ternyata populer nya sempol ini ada dampak nya, tentu dampak ada yang positif, ada yang negatif. Dampak positif nya membuka peluang pelaku ekonomi, mungkin tadinya pedagang kaki lima kebingunan untuk membuka usaha setelah vakum dari berjualam thai tea kemudian mendapatkan ide atau mitra jadi beralih ke jualan sempol sehingga secara sadar membuahkan penghasilan bagi mereka. Tapi, ada juga dampak negatifnya. Ketika sempol ini terlalu populer dan banyak digandrungi oleh mahasiswa yang di sekitar kampus ku (jl k.h dewantara iringmulyo) maka banyak penjual sempol dadakan dengan harga dan rasa yang berbeda,  hal ini menyebabkan harga diri sempol turun.

Yang dimaksud dengan harga diri sempol turun bisa dibuktikan dengan harga jual nya, yang awalnya dari 1k kemudian penjual dengan berbagai kreatifitasnya ada yang menjual 10k/15tusuk, 10/16tusuk, ada juga 10k/17tusuk dan bahkan sekarang ada yang 10k/20tusuk alias Rp.500. per tusuk. Jika tidak percaya silakan survei saja di sepanjang jalan kampus (Metro).

Memang benar teori ekonomi yang mengatakan semakin banyak barang yang ditawarkan maka harga akan semakin turun. 

Mengenai rasa sempol sendiri, dewasa ini sulit menemukan rasa sempol seperti pertama bertemu dulu karena semua sudah berbeda, rasanya sudah tak sama. Banyak pedagang yang ngawur, asal-asalan masak sempol nya. Seperti tadi ketika temanku membawakan, rasanga 95% aci, 5% nya saus sambel dan telur, ntah dimana ayamnya. Benar-benar harga diri sempol sudah tercederai.

Sebagai anak ekonomi (cieilah), menurutku pedagang sempol saat ini sebelum harga diri sempol benar-benar anjlok karena rasa yang diciptakan dan penggemar nya lari memilih makanan yang lebih worth it to try sebaiknya melakukan inovasi yang wajar seperti merombak harga diri sempol dengan cara menambah keunikan nya, konkrit nya seperti menambah citarasa nya semisal jadi sempol bbq (kalo kata temenku), sempol panggang, sempol saus tiram atau sempol tiramisu. Misalnya. Jika dirasa harga diri sempol tidak bisa diselamatkan bisa juga beralih jual makanan yang lain, yang lebih orisinil yang tidak mudah ditiru atau punya resep rahasia seperti kraby patty. Intinya punya branding dan nilai jual yang lebih dibanding produk lain.

Jika dimaknai dalam kehidupan, harga diri sempol cukup membuatku mengambil satu benang merah ternyata disukai sama banyak orang itu belum tentu baik dan menyenangkan.

Andai sempol bisa ngomong, dia bakalan ngomong apa ya?. Apa dia bakalan ngomong  lebih baik aku disukai oleh satu orang secara tulus kemudian mendapatkan kebahagian yang hakiki daripada dicintai banyak orang tapi semua kebahagiannya palsu dan semu. (Duh entahlah)

Semoga harga diri sempol cepat pulih dan kembali membaik. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolu 2 LAPIS

Es Dung Dung

Bolu Ekonomis