Kolak Ubi

Gambar by Pinterest

Di suatu pagi yang tidak terlalu cerah dan juga tidak mendung, dimana matahari masih berselimut dengan awan. Aku keluar dari kamar kosan ku karena teriakan Bude sayur yang memang biasa lewat setiap kurang lebih pukul 08.00 WIB pagi, nyaring sekali teriakan nya "mbak-mbaaaak sayuuuur", kubalas juga dengan teriakan yang lebih nyaring "bentaaaar Buuude, tungguuu" (biasa siap-siap dulu). Dan Bude nya, nungguin kita keluar dan kita belanja deh. Kusadari bahwa ternyata komunikasi kita anak kosan dan Bude sayur terbentuk karena pengulangan yang dilakukan. 

Setelah itu aku keluar dan beli berbagai macam bahan untuk masakan yang ingin kubuat, diantaranya kelapa parut, ubi madu dan terigu. Pagi itu aku ingin membuat nasi uduk dan menggoreng ubi. Rencana masakan ku untuk dua menu itu berhasil kubuat, tapi ketika dalam proses pembuatannya aku terpikir untuk membuat kolak Ubi dikarenakan ada sisa santan dari nasi uduk. 

Mengingat bahan dan cara membuat nya sederhana, dimana cukup memotong-motong ubi kemudian merebusnya nya dengan santan cair sembari menunggu santan mendidih tetap aduk agar santan tidak pecah dan tuangkan gula putih, gula merah serta tambahan sedikit garam agar rasa seimbang setelah santan cair mendidih masukkan santan kental dan terus diaduk sampai kolak ubi matang, siap dihidangkan dan dinikmati. 

Dari proses memasak ini aku bisa memaknai dan mengkorelasikannya dengan teori ekonomi yaitu ketika ada masalah maka disitu ada peluang. Santan yang sisa jika tidak dimanfaatkan maka akan menjadi masalah dan berujung pada kesia-siaan. Begitu juga dengan berbagai masalah yang terjadi di hidup kita jika kita terlalu dangkal memandangnya maka kita akan terus mengutuknya padahal apapun masalah yang datang bisa dijadikan peluang, peluang untuk menjadi pribadi lebih baik, peluang untuk lebih sabar, peluang untuk lebih mengerti dan paham tentang pesan ataupun jawaban doa yang Tuhan berikan serta berbagai macam peluang baik lainnya.